Sad Atatayi
Sad atatayi terdiri dari kata Sad dan Atatayi. Sad artinya enam, Atatayi artinya kejam atau pembunuhan. Jadi yang dimaksud Sad Atatayi adalah enam macam pembunuhan yang kejam yang tidak patut dilaksanakan oleh manusia.
Bagian-bagian Sad Atatayi
a. Agnida, yaitu membakar hak milik orang lain atau memusnahkan milik orang lain dan juga dapat diartikan mengadu domba orang sehingga menimbulkan perselisihan yang mengakibatkan orang menjadi menderita. Ini perilaku atau perbuatan yang terlarang.
Contoh perilaku Agnida:
Rima tidak cocok dengan Agus dalam permainan sepak bola karena Rima dapat mentekel kaki Agus dan Agus marah kemudian terjadi perang mulut. Namun dapat diselesaikan oleh wasit. Namun, Agus tidak puas. Agus tetap merasa dendam dengan Rima. Akhirnya burung Agus bersama sangkarnya sebagai burung kesayangannya dibakar. Betapa kejamnya Agus membakar burung yang tak bersalah. Inilah yang dimaksud perbuatan kejam sebagai perilaku Agnida.
b. Wisada, yaitu meracini atau menyakiti orang lain. Perbuatan meracuni baik sekala maupun niskala. Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa. Hal ini mengingkari hakikat hidup di dalam bermasyarakat di dunia fana ini. Bagi orang yang melakukan atau melaksanakan perbuatan seperti itu sudah di sediakan tempat, yaitu neraka oleh Sang Hyang Widhi.
Contoh perilaku Wisuda:
Pada suatu hari Putra bersama kawannya mengail ikan di sungai, tapi seharian mengail tidak mendapatkan ikan. Akhirnya si Putra berpikir, mengapa susah-susah mendapatkan ikan? Lebih baik membeli portas ikan dan memasukkannya ke kolam Yoni, Akibatnya banyak ikannya yang mati. Lalu kita minta kepada Yoni. Di kolam itu bukan ikan yang besar saja yang mati tapi yang kecil juga mati. Itu perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Agama Hindu.
c. Atharwa, yaitu melakukan atau menjalankan ilmu hitam (black magic). Perbuatan semacam ini merupakan perbuatan yang tak terpuji dan terkutuk serta dijauhi orang. Orang yang suka yang terlarang menjalankan ilmu hitam hanya sifatnya senang sementara semasa masih hidup dapat membuat orang lain menjadi menderita dan sesungguhnya pula dirinya sendiri akan menderita pula seperti yang diderita orang lain.
Contoh perilaku Atharwa :
Aan sangat mencintai Iin, tapi Iin tidak mencintai Aan. Sehingga Aan mencari paranormal yang menjalankan ilmu hitam untuk mencelakakan Iin. Akhirnya Iin kena jampi-jampi Aan, ia sakit keras dan tidak dapat disembuhkan oleh medis manapun, ia putus sekolah. Betapa besarnya dosa yang dilakukan Aan yang menghancurkan masa depan Iin
d. Sastraghna, yaitu mengamuk atau merampok sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain. Mengamuk yang dimaksud adalah bias menghilangkan nyawa orang lain dan merampok menimbulkan penderitaan karena kerugian yang dideritanya. Perbuatan semacam ini amat bertentangan dengan sastra agama, untuk mencapai ketenangan maupun kedamaian, maka perbuatan Sastraghna amat dilarang dan berdosa besar dan terkutuk.
Contoh perilaku Sastraghna :
Pada suatu hari Agus dipanggil oleh orang tuanya, namun ia tidak membalas sepatah kata pun sudah sekian lama oranf tua dan keluarganya memanggil tanpa sebab ia berlari mengambil sapu dan memukul adiknya, tidak hanya itu saja tetapi ia juga memukul alat-alat dapur. Dan akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit jiwa.
e. Drathi Krama, yaitu memperkosa kehormatan seorang wanita. Perbuatan Drathi Krama sangat bertentangan dengan konsep ajaran agama Hindu. Di mana ajaran Agama Hindu memiliki konsep Tat Twam Asi. Karena itu, perbuatan Drathi Krama mengingkari kemerdekaan pribadi orang lain.
Contoh perilaku Drathi Krama :
Seorang kakek yang tega membohongi anak gadis untuk dicarikan pekerjaan di hotel, namun apes bagi si gadis di hotel ia malah diperkosa oleh kakek tersebut. Dan keesokan harinya si gadis melaporkan apa yang telah terjadi padanya, kemuadian orang tua si gadis melaporkan kakek itu ke polisi dan akhirnya ditahan.
f. Raja Pisuna, yaitu memfitnah atau menghasut dan mengadu domba seseorang denga orang lain. Perbuatan memfitnah sangatlah keji karena membuat orang lain menderita. Mungkin orang yang difitnah tidak tahu sebab apa dirinya diberlakukan kurang baik. Memfitnah hendaknya dibuang jauh dari alam pikiran kita. Maka dikatakn memfitnah lebih kejam dari pada pembunihan.
Contohnya pada cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.
Dampak Negatif Sad Atatayi
a. Agnida, tidak dibenarkan membakar milik orang lain apalagi sampai menghanguskan semangat teman untuk belajar. Secara fisik membakar milik orang lain, merupakan suatu perbuatan yang konyol yang pada akhirnya bisa merugikan diri sendiri.
b. Visada, meracun adalah perbuatan yang kejam, seperti mecari ikan di kolam dengan meracun maka akan membunuh ikan kecil yang tidak kita cari. Perbuatan sejenis ini tidak ada gunanya kecuali merugikan orang lain dan diri sendiri.
c. Atharwa, Ilmu hitan (black magic) bisa menyebabkan seseorang dari tidak senang menjadi senang, dari rukun menjadi cerai berai.
d. Sastragna, perbuatan mengamuk kepada orang tua dengan tidak melihat situasi dan kondisi orang tua merupakan perbuatan Alpaka Guru
e. Drathi Krama, perbuatan mengambil milik orang secara paksa merupakan arti dari bagian sad atatayi ini, awal menuju kesengsaraan apalagi memperkosa seorang gadis di bawah umur.
f. Raja Pisuna, memfitnah lebih kejam dari pembunuhan, peribahasa yang paling cocok menggambarkan raja pisuna. Karena masalah membunuh dan dibunuh tidak ada baiknya, hanya akan menunggu neraka dan menjadi makhluk hina, menderita seumur hidupnya.
Dampak Positif Sad Atatayi
a. Agnida, semangat yang berapi-api untuk menjadi pintar dengan jalan belajar, melatih diri, mencoba dan mempraktikan dengan serius merupakan dasar utama untuk mecapai kebahagiaan.
b. Visada, meracun dan membunuh sifat-sifat malas dalam dir, penting sekali apalagi malas belajar, malas bekerja. Karena orang bijak berkata, “siapa yang malas bekerja selagi muda, sebagai pengemis setelah tua”
c. Atharwa, orang yang menguasai ilmu hitam jika dilandasi dengan dharma maka sangat berguna untuk membantu orang untuk mengobati dari penyakit non medis.
d. Sastragna, di zaman sekarang ini pekerjaan sangatlah sulit untuk didapatkan namu dengan usaha keras dalam hal ini pekerjaan apapun diterima asalkan sesuai denga dharma “ngamuk nyemak gae” kalo orang Bali bilang.
e. Drathi Krama, memperkosa disini berarti seseorang harus berani memperkosa waktunya yang sedang asyik menonton TV untuk mengalihkan ke waktu belajar, atau membantu orang tua sehingga mereka merasa senang.
f. Raja Pisuna, mungkin semua orang pernah memfitnah/berbohong untuk keselamatan diri dan keluarga terutama memfitnah musuh dan berbohong kepada orang sakit untuk membantu kesembuhannya.
Upaya-upaya untuk menghindari diri dari Sad Atatayi
Segala sikap dan usaha dapat memilih yang baik dan benar serta menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk dan salah.
1. Dapat mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
2. Mengamalkan lima pengendalian diri yang bersifat lahiriah yang disebut Panca Yama Brata.
3. Mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha.
4. Menasehati diri sendiri sebelum berbuat.
Konsekuensi pelaksanaa Sad Atatayi
1. Bila manusia tidak dapat menguasai Sad Atatayi, akan jatuh ke jurang penderitaan atau neraka
2. Selalu berbuat kejahatan maupun kekejaman selama hidupnya
3. Setiap saat dan bila lengah akan menghancurkan manusia
0 komentar:
Posting Komentar